A. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian kita akan memerlukan data yang
akurat dan tepat supaya penelitian tersebut betul-betul valid dan bisa di
pertanggung jawabkan, oleh karena itu kita harus mengetahui teknik-teknik
peliputan data.
Pengetian data dapat kita bead dengan informasi.
Kalau anda mencari alamat rumah kawan anda, maka anda akan bertanya kepada
seseorang di mana letak rumah kawan anda tersebut, maka orang tersebut akan
memberi tahu: jalan saja terus, lalu di lampu merah pertama belok ke kanan
masuk ke Jl. Teuku Umar. Di perempatan kedua belok lagi ke kanan masuk ke Jl.
Cut Nyak Dhien, dan di ujung jalan itulah letak rumahnya. Kata-kata yang di
ungkapkan kepada kita itu di sebut informasi, tetapi “lampu merah, Jl. Teuku
Umar, dan Jl. Cut Nyak Dhien” bukan informasi melainkan data. Dari contoh ini
jelaslah bahwa informasi di bangun dari data.
Pengumpulan data di lakukan untuk memperoleh
informasi yang di butuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang
di ungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
pertanyaan penelitian. Jawaban itu masih perlu di uji secara empiris, dan untuk
maksud inilah di butuhkan pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data di lakukan sesuai dengan
tujuannya. Ada beberapa teknik yang telah kita kenal antara lain wawancara,
angket, observasi telaah dokumen serta test. Di bawah ini akan kami uraikan
teknik penelitian sebagai cara yang dapat di tempuh untuk mengumpulkan data.
• Teknik Wawancara
Teknik wawancara sering juga di sebut dengan
teknik komunikasi. Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti
dan responden. Jadi teknik komunikasi adalah cara mengumpulkan data melalui
kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (peneliti) dengan sumber
data (responden).
Teknik pengumpulan data ini yaitu dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan lisan untuk di jawab secara lisan pula. Ciri
utama teknik ini yaitu kontak langsung dengan tatap muka antara pencari
informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee). Untuk memperoleh
informasi yang tepat dan objektif setiap interviewer harus mampu menciptakan
hubungan baik dengan interviewee atau responden atau mengadakan raport yaitu
suatu situasi psikologis yang menunjukkan bahwa responden mau bekerja sama,
bersedia menjawab pertanyaan dan memberi informasi sesuai dengan pemikiran dan
keadaan yang sebenarnya. Keadaan ini akan menciptakan suatu suasana di mana
responden merasakan adanya kehangatan dan sikap simpatik, merasakan kebebasan
untuk berbicara bahkan terangsang untuk berbicara. Untuk menciptakan kerjasama
dan membina hubungan manusiawi yang baik ini dapat di lakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Partisipasi yaitu penerimaan dan keikutsertaan
interviewer dalam kegiatan interviwee sehingga tanya jawab berlangsung dalam
suasana wajar.
b. Identifikasi yaitu perkenalan dan pendekatan
diri interviewer sehingga interviewer dirasakan sebagai teman atau orang
seperjuangan yang memiliki cita-cita yang sama.
c. Persuasi yaitu sikap sopan dan ramah dalam
bertanya.
Wawancara dapat di bedakan dalam dua jenis, yaitu:
a. Wawancara berstruktur
Dalam wawancara berstruktur, pertanyaan dan
alternative jawaban yang di berikan kepada interviewee telah di tetapkan
terlebih dahulu. Keuntunggan pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini telah
di bakukan. Karena itu, jawabanya dapat dengan mudah di kelompokkan dan di
analisis. Kelemahannya, pendekatan ini kaku di lakukan dalam teknik, ini dapat
meningkatkan releabilitas wawancara, tetapi dapat menurunkan kemampuannya
mendalami persoalan yang di selidiki.
b. Wawancara tak berstruktur
Wawancara ini lebih bersifat informal.
Pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan hidup, sikap, kenyakinan subjek atau
keterangan lainnya yang dapat diajukan secara bebas kepada subjek. Wawancara
seperti ini bersifat luwes dan biasanya di rencanakan agar sesuai dengan subjek
dan suasana saat wawancara dilaksanakan.
Menurut Mohammad Ali, keunggulan wawancara sebagai
alat penelitian adalah:
• Wawancara dapat dilaksanakan kepada setiap
individu tanpa dibatasi oleh faktor usia maupun kemampuan membaca.
• Data yang diperoleh dapat langsung di ketahui
objektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka.
• Wawancara dapat dilaksanakan langsung kepada
responden yang di duga sebagai sumber data.
• Wawancara dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk
memperbaiki hasil yang diperoleh baik melalui observasi terhadap objek manusia
maupun bukan manusia.
• Pelaksanaan wawancara dapat lebih fleksibel dan
dinamis karena di laksanakan dengan hubungan langsung, sehingga memungkinkan
diberikannya penjelasan kepada responden bila suatu pertanyaan kurang dapat di
mengerti.
Meskipun wawancara mempunyai banyak manfaat, namun
terdapat pula beberapa kelemahan, di antaranya:
• Oleh karena wawancara biasanya di lakukan secara
perseorangan, maka pelaksanaannya menuntut banyak waktu, tenaga, serta biaya
terutama bila ukuran sampel cukup besar.
• Faktor bahasa, baik dari pewawancara maupun
responden, sangat mempengaruhi hasil atau data yang diperoleh.
• Sering terjadi wawancara di lakukan secara
bertele-tele.
• Wawancara menuntut kerelaan dan kesediaan
responden untuk menerima secara baik dan bekerja sama dengan pewawancara.
• Wawancara menuntut penyusuaian diri secara
emosional atau mental psikis antara pewawancara dan responden.
• Hasil wawancara banyak bergantung kepada
kemampuan pewawancara dalam menggali, mencatat dan menafsirkan jawaban.
• Angket (Kuesioner)
Teknik angket (kuesioner) merupakan suatu
pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/peryataan
kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan
tersebut.
Angket atau kuesioner hanya berbeda dalam
bentuknya. Pada angket pertanyaan di susun dalam kalimat peryataan dengan obsi
jawaban yang tersedia, sedangkan pada kuesioner, pertanyaan di susun dalam
bentuk kalimat tanya.
Keunggulan teknik angket (kuesioner), yaitu:
• Angket dapat di gunakan untuk mengumpulkan data
dari sejumlah besar responden yang menjadi sampel.
• Dalam menjawab pertanyaan melalui angket,
responden dapat lebih leluasa karena tidak di pengaruhi oleh sikap mental
hubungan antara peneliti dan responden.
• Setiap jawaban dapat di pikirkan masak-masak
terlebih dahulu, karena tidak terikat oleh cepatnya waktu yang di berikan
kepada responden untuk menjawab pertanyaan sebagaimana dalam wawancara.
• Data yang di kumpulkan dapat lebih mudah
dianalisis, karena pertanyaan yang di ajukan kepada setiap responden sama.
Sedangkan kelemahan teknik angket (kuesioner),
yaitu:
• Pemakaian angket terbatas pada pengumpulan
pendapat atau fakta yang di ketahui responden, yang tidak dapat di peroleh
dengan jalan lain.
• Sering terjadi angket di isi oleh orang lain
(bukan responden yang sebenarnya), karena di lakukan tidak secara langsung
berhadapan muka antara peneliti dan responden.
• Angket di berikan terbatas kepada orang yang
melek huruf.
• Observasi
Teknik observasi di artikan sebagai teknik
pengamatan dan pencatatan secara sisitematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek
penelitian itu. Observasi secara langsung yaitu pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa,
sehingga observasi berada bersama objek yang di selidiki, sedangkan observasi
secara tidak lansung yaitu pengaman yang dilakukan tidak pada saat
berlangsungnya suatu peristiwa yang di selidiki.
Pengamatan terhadap peristiwa-peristiwa yang di
teliti tersebut bisa dengan melihat, mendengar, merasakan, yang kemudian di
catat seobjektif mungkin. Persoalan-persoalan yang perlu di perhatikan pada pengamatan
tersebut terutama di sebabkan teknik ini sangat mengandalkan “penglihatan”
(mata) dan pendengaran” (telinga). Dari dua alat indera ini, mata mempunyai
peranan yang lebih dominan. Olek karena itu, perlu disadari
keterbatasan-keterbatasan dari alat penglihatan ini:
• Harus di percaya bahwa alat penglihatannya baik
dan dapat menangkap fakta dengan benar.
• Penglihatan orang mempunyai kelemahan dan
keterbatasan, misalnya tidak mampu melihat jarak yang jauh.
• Berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut.
4. Dokumenter
Teknik dokumenter merupakan cara mengumpukan data
melalui peninggalan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada
waktu yang lalu, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum, serta lain-lainnya yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) misalnya
adalah dokumen politik yang mencatat peristiwa penting yang terjadi pada
tanggal 11 maret 1966. Data statistik yang di terbitkan secara berkala oleh
Biro Pusat Statistik adalah dokumen yang mencatat berbagai perkembangan yang
terjadi di Indonesia dalam kurun waktu tertentu.
Dalam penelitian kualitatif teknik ini merupakan
alat pengumpul data yang utama karena pembuktian hipotesisnya yang di ajukan
secara logis dan rasional melalui pendapat, teori atau hukum-hukum yang di
terima, baik mendukung maupun yang menolong hipotesis tersebut. Sedangkan dalam
penelitian kuantitatif teknik ini berfungsi untuk menghimpun secara selektif
bahan-bahan yang di pergunakan di dalam kerangka atau landasan teori,
penyusunan hipotesis secara tajam.
5. Teknik test
Test ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang
di berikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat di
jadikan dasar bagi penetapan skor angka. Persyaratan pokok bagi tes adalah
validitas dan reliabilitas.
Ada dua jenis test yang sering di gunakan dalam
penelitian:
• Test lisan, yaitu berupa sejumlah pertanyaan
yang di ajukan secara lisan tentang aspek-aspek yang ingin di ketahui
keadaannya dari jawaban yang di berikan secara lisan pula.
• Test tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan
yang di ajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin di ketahui
keadaannya dari jawaban yang di berikan secara tertulis pula.
B. Instrumen
Instrumen adalah alat yang di gunakan untuk
mengumpulkan data. Jadi untuk menggunakan teknik yang telah di tentukan di atas
(wawancara, angket, observasi, documenter) dibutuhkan instrumen. Instrumen ini
harus betul-betul di rancang dan di buat sedemikian rupa sehingga menghasilkan
data empiris sebagai mana adanya. Data yang salah atau tidak menggambarkan data
yang empiris dapat menyesatkan peneliti, sehingga kesimpulan penelitian yang di
tarik oleh peneliti bisa keliru.
Supaya intrumen itu betul-betul bagus, ada
beberapa langkah yang bisa di tempuh dalam menyusun intrumen penelitian. Adapun
langkah-langkah tersebut yaitu:
• Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji
variabel menjadi subpenelitian sejelas-sejelasnya, sehingga indikator tesebut
bisa di ukur dan menghasilkan data yang di inginkan peneliti.
• Menetapkan jenis instrument yang di gunakan
untuk mengukur variabel/ subvariabel/ indikator-indikatornya. Satu variabel
mungkin bisa di ukur oleh satu jenis instrument, bisa saja lebih dari satu
instrumen.
• Setelah di tetapkan jenis instrumennya, peneliti
menyusun kisi-kisi atau lay out instrument. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi
pertanyaan, abilitas yang di ukur, jenis pertanyaan serta waktu yang di
butuhkan. Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan dari indikator
variabel. Artinya, setiap indikator akan menghasilkan beberapa luas lingkup isi
pertanyaan, serta abilitas yang di ukurnya.
• Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti
menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang
telah di tetapkan dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa di buat lebih dari
yang telah ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang di buat oleh
peneliti harus sudah punya gambaran jawaban yang di harapkan. Artinya,
prakiraan jawaban yang betul harus di buat oleh peneliti.
• Instrumen yang sudah di buat sebaiknya di uji
coba di gunakan untuk revisi instrument, misalnya membuang instrument yang
tidak perlu, menggantikanya dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan
redaksi/bahasanya.
Langkah di atas merupakan sekedar petunjuk untuk
memudahkan peneliti sehingga instrumen penelitian tidak di buat asal jadi.
Setelah kita mengetahui langkah-langkah penyusunan
instrument, perlu juga kita ketahui intrumen yang mempunyai kriteria bagaimanakan
yang di katakan baik. Menurut Sevilla (1988) ada 5 kriteria agar instrument itu
di katakan baik. Adapun 5 kriteria tersebut yaitu:
1. Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian
atau keakuratan yang di tunjukkan oleh instrumen pengukuran. Pengujiannya dapat
di lakukan secara internal, yaitu pengujian dengan menganalisis konsistensi
butir-butir yang ada. Satu lagi dengan eksternal, yaitu dengan melakukan
tes-retest.
2. Validitas
Validitas dalam penelitian di jelaskan sebagai
suatu rajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya
yang di ukur. Paling tidak yang dapat kita lakukan dalam menetapkan validitas
suatu instrument pengukuran yaitu menghasilkan derajat yang tinggi dari
kedekatan data yang di peroleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran.
3. Sensitivitas
Sensitivitas dalam penelitian di jelaskan sebagai
kemampuan suatu instrumen untuk melakukan diskriminasi yang di perlukan untuk
masalah penelitian. Bila reliabilitas dan validitas suatu tes tinggi, tampaknya
tes tersebut juga sensitif, mempertajam perbedaan dalam derajat variasi-variasi
karakteristik yang di ukur.
4. Objektivitas
Objektivitas dalam penelitian dapat di jelaskan
sebagai derajat di mana pengukuran yang dilakukan bebas dari pendapat dan penilaian
subjektif, bebas dari bias dan perasaan orang-orang yang menggunakan tes.
5. Fasibilitas
Fasibilitas berkenaan dengan aspek-aspek
keterampilan, penggunaan sumber daya dan waktu. Ada bebera tes tertentu yang
hanya menuntut katerampilan minimum dalam menyusun dan menganilis hasil tes,
tetapi ada juga yang menuntut keterampilan yang lebih tinggi. Juga mengenai
biaya dan waktu, dapat menjadi kendala dalam penelitian sehingga perlu
pertimbangan-pertimbangan agar penelitian di sesuaikan dengan kemampuan.