Meski diundang secara resmi oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah,
Din Syamsuddin, ternyata setelah ditunggu-tunggu para pimpinan Ormas Islam,
Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai, tidak hadir
sebagai pembicara dalam diskusi “Memberantas Terorisme” yang diselenggarakan di
Kantor Pusat PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (11/4). Padahal
pembicara lainnya hadir semua seperti Slamet Effendi Yusuf (PBNU), Brigjen
(Pol) Boy Rafli Amar (Mabes Polri), Siane Indriyani (Komnas HAM) dan KH Adnan
Arsal (Tokoh Umat Islam Poso).
Kepada SI Online, Wakil Amir Majelis Mujahidin, Ustad Abu Jibriel
menyayangkan ketidakhadiran Ansyaad Mbai tersebut. Bahkan ketidakhadiran Ketua
BNPT itu juga disayangkan Sekjen MUIMI, Ustad Bachtiar Natsir.
“Saya menyayangkan mengapa si Abu Jahalnya Indonesia (maksudnya:
Ansyaad Mbai) itu tidak hadir. Dia itu mentalnya pengecut karena tidak hadir,
sebab takut jika seluruh pertanyaan nantinya akan diarahkan kepadanya. Dia
bermental pengecut dan beraninya hanya diluar kalangan kaum Muslimin,” tegas
Ustad Abu Jibriel.
Menurut Abu Jibriel, mengapa dirinya menjuluki Ansyaad Mbai
sebagai Abu Jahalnya Indonesia, karena kejahatannya terhadap umat Islam
Indonesia mirip dengan kejahatan Abu Jahal terhadap Rasulullah Saw dan pada
sahabatnya.
Ansyad Mbai dan Ketua BIN
Dikatakannya, yang paling bertanggungjawab terhadap fitnah dan
pembunuhan umat Islam Indonesia adalah Kepala BNPT Ansyaad Mbai yang
dijulukinya sebagai Abu Jahalnya Indonesia, dimana kerjanya adalah membunuhi
umat Islam Indonesia. Dia nanti akan mendapat pembalasan setimpal dengan
dilaknat Allah Swt akibat dosa-dosanya selama ini terhadap umat Islam.
“Kejahatan Ansyaad Mbai sebagai Kepala BNPT seperti kejahatan Abu
Jahal. Ansyaad Mbai bersama SBY sejak menjabat sebagai Menko Polhukam hingga
Presiden sekarang ini, adalah tokoh yang memerintahkan Densus untuk membunuhi
umat Islam yang difitnah sebagai teroris. Eksekutornya Densus dan otaknya SBY
serta Ansyaad Mbai,” ungkap Ustad Abu Jibriel.
Dikatakannya, sejak menjabat sebagai Menko Polhukam, SBY adalah
otak yang memerintahkan penangkapan para tokoh umat Islam seperti Ustad Abu
Bakar Ba’asyir yang difitnah sebagai teroris dan akhirnya diadili dan
dijebloskan ke dalam penjara. Bahkan banyak pemuda Islam yang difitnah sebagai
teroris dan akhirnya disiksa dengan cara yang keji bahkan dibunuh secara dholim
di tengah jalan, di depan masjid, di rumah bahkan ketika sedang ibadah sholat
lima waktu.
Bom Bali I
Menurut Ustad Abu Jibriel, sebenarnya SBY yang waktu itu menjabat
sebagai Menko Polhukam pada era Pemerintahan Presiden Megawati, sudah
mengetahui akan terjadinya Bom Bali I (12 Oktober 2002). Terbukti seminggu
sebelum Bom Bali I meledak, dalam pertemuan dengan para tokoh masyarakat
termasuk pimpinan Ormas Islam di Jakarta, SBY sudah menyebut-nyebut adanya bom
yang akan meledak di Bali dimana sebagai dalangnya difitnahkan kepada Ustad Abu
Bakar Ba’asyir, Imam Samudera dan Dr Azahari, dimana waktu itu SBY menyebut
ketiga nama tersebut.
Padahal Bom Bali I yang dahsyat dan menewaskan 202 orang termasuk
88 turis Australia, sesungguhnya adalah rekayasa intelijen asing. Sebab
kelompok Imam Samudera hanya membuat bom yang kecil, sedangkan bom besar yang
dahsyat sesungguhnya adalah bom micro nuklir dan hanya 5 negara yang
memilikinya yakni Israel, AS, Inggris, Perancis dan China.
Diduga kuat intelijen CIA dan Mossad sudah mengetahui rencana
kelompok Imam Samudera untuk meledakkan bom di Bali sehingga berhasil
“membonceng” dan meledakkan bom micro nuklir yang dahsyat tersebut. Namun
kemudian semua tuduhan diarahkan kepada kelompok Imam Samudera, sehingga
dirinya bersama Amrozi dan Ali Ghufron dikenakan hukuman mati dan dieksekusi di
Pulau Nusakambangan tahun 2008 lalu.