MEREKA yang
mengikuti perkembangan dunia dan memahami Afrika, akan memiliki
pertanyaan-pertanyaan berikut: Mengapa Prancis ada di Mali? Apakah ini
merupakan tanda kekuasaan? Atau lebih tepatnya upaya untuk merebut kembali
koloni mereka yang sudah lepas? Atau Prancis mencoba untuk kembali mengambil
sumber daya di tanah Mali?
Intervensi militer Prancis di Mali masih hangat. Baru berlangsung
sepuluh hari. Orang Prancis sendiri sedang mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan di atas. Prancis mencoba membujuk masyarakat
internasional dan rakyatnya sendiri bahwa keberadaan mereka di Mali untuk
memperbaiki hal-hal yang tidak beres. Mereka menuduh bahwa di wilayah selatan
Mali bercokol sebuah gerakan Islam radikal. Atau, mudahnya, Prancis sedang
membersihkan Mali dari Al-Qaeda dan memastikan integritas teritorialnya.
Adalah naif untuk percaya bahwa alasan kehadiran Prancis di Mali
untuk membawa keharmonisan dan kemakmuran bagi rakyat Mali. Ada lebih dari satu
alasan untuk ini. Meskipun krisis keuangan di Eropa dan risiko yang sedang
dihadapi Prancis, jelaslah semua kekuatan global harus membuat terobosan yang
signifikan, dengan segala cara menghitung keuntungan dan kerugian.
PERTAMA, pentingnya Mali dan disinformasi dari opini publik harus
disorot. Mali tidak banyak terdengar, tetapi memiliki sejarah yang agak terang.
Afrika Barat adalah jantung Islam. Tempat-tempat yang ada di wilayah itu telah
mengembangkan arsitektur yang unik. Wilayah selatan Mali menjadi pusat
intelektual, sumber pengetahuan di mana semua tulisan penting dari berbagai
periode dikumpulkan. Selatan Mali memiliki tradisi sastra yang kuat.
Ketika Prancis menggempur kota di Mali, di situ terdapat
perpustakaan dengan sekitar 700 ribu naskah warisan dunia Islam yang berharga
dan dikumpulkan selama 13-14 abad. Menurut world bulletin, naskah-naskah ini
sudah dijarah oleh Prancis dan sekitar 1 juta naskah dibawa ke perpustakaan
Prancis. Penduduk setempat berhasil menjaga warisan ini dan mengubur naskah
dalam tanah.
Afrika Barat mengalami banyak kerusakan selama periode penjajahan.
Mali adalah 4 negara termiskin di dunia. Prancis telah membentuk jaringan
ekonomi dan politik yang kuat di wilayah tersebut. Hal ini dapat disimpulkan
jika kita mempertimbangkan 6000 warga Prancis yang tinggal di Mali. Tetapi
tingkat kenyamanan warga Prancis belum sampai di sini.
Seiring dengan perkembangan Afrika sekarang ini, semakin sulit
bagi para pemain tradisional untuk mencengkeram daerah koloni mereka.
Negara-negara seperti China, Rusia, Brasil, India dan Turki sudah masuk ranah
bisnis di Mali. China adalah investor terbesar di Afrika saat ini. Mereka
mengimpor sebagian besar minyak dari Angola dan Sudan. Perdagangan omset Turki
dengan Afrika tumbuh setiap tahun dan hal ini mendorong AS, Prancis dan Inggris
untuk menerapkan politik lebih agresif di Afrika.
ALASAN KEDUA, fakta bahwa pemahaman Salafi telah memperoleh hati rakyat di
Afrika adalah benar. Dan berlaku untuk Mali juga. Rakyat Mali telah fobia terhadap politik yang terus-menerus gagal
dan menyengsarakan mereka. Sehingga menjadi lebih mudah bagi gerakan Salafi
untuk mendapatkan pengikut baru. Berbagai daerah semakin mengurangi dukungannya
terhadap pemerintah dan mencoba untuk menemukan solusi mereka sendiri.
Sayangnya, orang-orang yang mengklaim bahwa pemerintah Mali telah
kehilangan kontrol atas bagian selatan negara itu memang benar pula. Manajemen
Bamako yang lemah tidak pernah memiliki pengaruh apapun di wilayah selatan. Di
situ hanya ada kantor polisi yang dikelola oleh mereka yang ditunjuk pusat.
Dengan kekuatan seperti ini, apa yang diharapkan oleh masyarakat Mali terkait
kriminalistas juga semakin tinggi di Mali?
ALASAN KETIGA, lantas, apa yang dituju oleh Prancis dengan operasi militer ini?
Ada lebih dari satu jawaban untuk pertanyaan ini. Tentunya tidak mungkin untuk
mempersempit satu alasan. Prancis memiliki harapan politik, ekonomi dan
militer. Setelah menguasai wilayah tengah Afrika Barat, mereka bisa mendapatkan
akses untuk menembus negara-negara tetangga terutama jika pangkalan militer
permanen ditetapkan. Mali berbatasan Burkina Faso, Aljazair, Mauritania dan
Niger di sebelah utara. Fakta bahwa wilayah tersebut memiliki bidang yang kaya
uranium, minyak emas, dan fosfat tidak dapat diabaikan. Prancis memproses
uranium di utara Niger dan memiliki tenaga nuklir. Perlu uranium untuk reaktor
nya. 70% dari listrik di Perancis dihasilkan dari pembangkit nuklir.
Bagian utara Mali terletak di gurun Sahara, dilihat oleh penduduk
setempat sebagai kelompok gurun kecil dan sangat kaya akan sumber daya air
bawah tanah. Sumber daya bawah tanah Afrika adalah air manis dan 100 kali lebih
besar daripada air permukaannya. Itulah sebabnya Sahara adalah bidang yang
signifikan dalam hal akses terhadap air manis.
Di saat yang sama, Sahara adalah penyimpanan untuk energi surya.
Hanya 0,03% energi surya di Sahara bisa diakumulasikan untuk semua kebutuhan
listrik Eropa selama satu tahun. Percobaan dengan panel surya raksasa di Sahara
sudah dimulai sejak lama. Selain itu, uji coba nuklir juga berlangsung. Uji coba
nuklir Perancis di tahun 1960-an cukup terkenal. Hasil dari tes ini diberikan
kepada Israel. Berbicara tentang percobaan, pertanian juga harus disebutkan.
Prancis juga terlibat dalam tes pertanian di Sahara hari ini.
Prancis akan mendapat keuntungan dari operasi militer ini dengan
cara lain juga; mendapatkan kembali pengaruh atas koloni lama, memulihkan
hubungan dengan Afrika dan mendapatkan kembali simpati orang Afrika dengan
memainkan peran penyelamat di wilayah tersebut.
Hal ini sangat mungkin bahwa Prancis akan mendapatkan kontrol atas
gerakan-gerakan Islam dan berada di pusat perubahan politik di kemudian hari.
Ini adalah manfaat yang bisa diperoleh Prancis. Dan itulah
sebabnya Perancis ada di Mali.
Sumber: http://islampos.com/tiga-alasan-mengapa-prancis-menginvasi-mali