Melihat
Hati Seorang Pahlawan Dari Kata-Katanya:
Kartini : Duh, Tuhan, kadang aku ingin,
hendaknya TIADA SATU AGAMA pun di atas dunia ini. Karena agama-agama ini, yang
justru harus persatukan semua orang, sepanjang abad-abad telah lewat menjadi
biang-keladi peperangan dan perpecahan, dari drama-drama pembunuhan yang paling
kejam. (6 Nopember 1899)
Cut Nyak Dien : Islam adalah AGAMA
KEBENARAN dan harus diperjuangkan di tanah Aceh sampai akhir darah menitik.
Kartini : Hatiku menangis melihat segala
tata cara ala ningrat yang rumit itu...
Cut Nyak Dien : Kita perempuan
seharusnya tidak menangis di hadapan mereka yang telah syahid (Disampaikan pada
anaknya Cut Gambang ketika ayahnya, Teuku Umar tertembak mati)
Kartini : Aku mau meneruskan
pendidikanku ke Holland, karena Holland akan menyiapkan aku lebih baik untuk
tugas besar yang telah kupilih. (Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, 1900).
Cut Nyak Dien : Untuk apa bersahabat
dengan Ulanda Kaphe (Belanda Kafir) yang telah membakar masjid-masjid kita dan
merendahkan martabat kita sebagai muslim!
Idealnya seorang Pahlawan memperjuangkan
kemerdekaan dari kolonialisme bukan kesetaraan yang tak jelas. Kartini tidak
melalui satu medan perang pun, Kartini tidak hidup di hutan dan tidak pernah
merasakan kehilangan suami dan anaknya, Kartini menggunakan peluru 'pena'
dengan berkirim surat pada teman2 Feminis-nya di Belanda utk memperjuangkan hak
perempuan yang menurutnya 'dikekang' oleh budaya Jawa khususnya ningrat. Jadi
musuh Kartini bukan kolonial Belanda tapi adat ningrat Jawa. Mestinya ia jadi
pahlawan bagi kaum Bumiputera Jawa.
Cut Nyak Dien berjuang dari hutan ke
hutan, bahkan ketika matanya mulai rabun dan penyakit encoknya kambuh, ia tidak
berhenti berjuang. Ia melihat dua suaminya tertembak oleh Belanda, gugur di
medan perang. Ia kehilangan anak perempuannya yang lari ke hutan ketika ia
ditangkap dan dibuang ke Sumedang. Ia membangkitkan semangat jihad masyarakat
Aceh ketika masjid-masjid mereka dibakar Belanda. Inilah pahlawan sejati yang
seharusnya direnungi perjuangannya setiap tahun, perempuan yang melawan
penjajah Belanda, bukan yang meminta bantuan Belanda dan bersahabat dengan
mereka selama masa penjajahan.
Sumber: http://muslimdaily.net/artikel/ringan/emansipasi-wanita-seharusnya-ditujukan-pada-cut-nyak-dien-bukan-pada-ra-kartini.html